!!!.....اَهْلاً وَ سَهْلاً

"Dan Janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu beriman. (Ali-'Imran:139)



Selasa, 03 April 2012

Resensi buku Indahnya Jalan Dakwah


 PENGEMBARAAN PARA KADER DAKWAH

           Judul Buku         :  Indahnya Jalan Dakwah
           Penulis                 :  Mujahid M. Salbu
            Penerbit               :  MS Publising , Yogyakarta
            Edisi                     :  Cet-I, November 2008
Tebal                    :  127 Halaman
Peresensi             :  Mustavidah MS.



            “Dimanapun berada, buatlah sejarah, dan jika berada di tempat tugas, janganlah menampilkan diri sebagai orang hebat. Tapi, kerjakan apa yang dikerjakan oleh orang-orang hebat”. (Abdullah Said, Pendiri Hidayatullah )

            Di Gunung Tembak, wanita kelahiran Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan ini tinggal di sebuah gubuk bekas pembakaran batu bata, persis di samping kuburan Belanda. Tempatnya kecil, berhimpitan dengan tumpukan batu bata dan baunya menyengat. Di gubuk dengan dinding dari daun pisang dan beratapkan langit itulah selanjutnya ia bersama suami dan anak-anaknya melewati masa-masa penuh perjuangan.
Meski dalam kondisi hamil, ia cukup tegar menyiapkan makanan bagi para da’i yang setiap hari memeras peluh, bekerja keras, membabat hutan, dan mencungkil tunggul. Selain itu, ia juga dituntut pandai memilih tumbuh-tumbuhan liar yang ada di sekitarnya sebagai bahan sayuran, karena yang ada hanya tumbuh-tumbuhan itu. Salah memilih, bisa-bisa berakibat fatal. Sementara ia sendiri belum begitu mengenal mana tumbuhan yang dapat dikonsumsi dan mana yang tidak. Maklum, sayur-sayuran yang sudah umum dikonsumsi tidak tersedia di tempat ini.
            Sepenggal kisah di atas adalah gambaran perjuangan  yang dirasakan oleh Atikah, salah seorang srikandi Hidayatullah yang dengan setia mendampingi suami untuk berjuang menegakkan syari’at Islam, meski dalam kondisi yang memprihatinkan. Namun, Atikah bukanlah satu-satunya pejuang yang rela dan ikhlas untuk merasakan penderitaan demi perjuangan Islam. Dalam buku INDAHNYA JALAN DAKWAH yang di tulis oleh Mujahid M. Salbu yang merupakan salah seorang  kader Hidayatullah, terdapat 16 Kisah yang menggugah dari para da’i dan da’iyah Hidayatullah dalam mengemban amanah dakwah di penjuru nusantara.
            Banyak kisah menarik dari para da’i karena mereka adalah pribadi-pribadi yang multi function. Mereka hadir di suatu tempat bukan sekedar menjadi da’i yang menyebarkan agama saja, tapi kadang juga harus berperan sebagai tukang kayu untuk membangun fasilitas di pesantren yang dirintisnya. Di saat yang lain mereka harus berdiri di depan para murid sebagai guru, atau menjadi orang tua dari anak-anak yatim, sekaligus bertindak sebagai imam masjid. Banyak peran yang harus mereka lakoni akibat terbatasnya SDM.
            Ternyata ketaatan, keyakinan dan kesabaran adalah kunci kesuksesan mereka. Ketika tantangan menghadang, mereka dituntut dapat menghadapi persoalan itu dengan hati lapang. Maka menjalin kedekatan kepada Allah SWT. sebagai Dzat tempat mengadu menjadi sebuah kemestian yang harus dijalani.     
            Dalam buku ini penulis berhasil menyuntikkan spirit perjuangan bagi para da’i melalui kisah-kisah yang disajikan, terlebih bagi mereka yang merasa minder untuk berdakwah disebabkan bukan berasal dari kalangan akademisi. Sebab, para da’i tersebut bukanlah para sarjana yang mendapatkan ilmu agama dari bangku perkuliahan. Bahkan di antara mereka ada yang hanya mampu menginjakkan kaki di bangku SD untuk selanjutnya memilih menimba ilmu di pesantren. Namun di sanalah ia menemukan kesuksesan, bahkan kini menjadi seorang muballigh sekaligus pengusaha sukses yang mampu berdakwah bil maal. 
            Buku INDAHNYA JALAN DAKWAH, memang bukanlah buku pertama yang berhasil mengangkat kisah-kisah perjuangan para da’i Hidayatullah dalam sebuah goresan pena. Sebelumnya pada tahun 2005, sebuah buku berjudul MENJEMPUT PERTOLONGAN ALLAH telah lebih dulu mengangkat beberapa kisah yang serupa. Namun, buku tersebut merupakan kumpulan tulisan dari beberapa penulis yang berbeda. Sehingga disajikan dengan gaya penulisan yang berbeda pula. Beberapa diantarnya ditulis langsung oleh da’i tersebut dan beberapa kisah lainnya dituturkan langsung oleh para da’i kepada penulis yang menuangkannya dengan gaya penulisan deskriptif.
            Terlepas dari keberhasilan penulis dalam menuangkan kisah-kisah para da’i yang dapat menjadi spirit bagi para da’i yang lain, baik yang sedang maupun yang akan bertugas, dalam penulisan buku ini masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan maupun penyajian isi buku. Diantaranya, terdapat banyak kesalahan dalam penulisan kata. Seperti : Tunggal (tinggal) h.122, bekenaan (berkenaan) h.123, membela (membelah) h.124, krisis (kritis) h.126, ulum (ulam) h.54 dan beberapa kesalahan dalam penulisan kata yang lain. Kesalahan yang terlihat sepeleh, namun dapat mengurangi kenyamanan pembaca dalam menikmati kisah-kisah yang dipaparkan. Selain itu, sebuah pemaparan yang terlihat berlebihan dalam penulisan buku ini adalah kisah dari seorang da’i bernama Jamal Noor, santri asal Sulawesi Selatan yang bertugas di cabang Batam. Kisah mengenai perjuangan beliau sekaligus perkembangan cabang yang beliau pimpin nampaknya disajikan terlalu rinci hingga dibahas dalam IV bab. Berbeda dengan kisah para da’i lain yang hanya disajikan dalam I bab. Hal ini memungkinkan  timbulnya asumsi bagi pembaca bahwa buku yang ditulis sebanyak 127 halaman ini hanya dikhususkan bagi masyarakat Batam atau kalangan tertentu.
            Membaca judul kecil yang terdapat pada cover buku ini yakni Kisah Menggugah Da’i dan Da’iyah Pesantren Hidayatullah Mengemban Amanah Dakwah di Penjuru Nusantara, maka terdapat sebuah kisah dalam buku ini yang cukup mengganjal dan menimbulkan pertanyaan bagi para pembaca. Yaitu kisah yang terdapat pada halaman 85, dengan judul tulisan “Menebar Rahmat di Belantara Kalimantan”. Dalam tulisan ini dikisahkan seorang da’i yang berhasil memasuk Islamkan 300 orang Kristen di pedalaman Kalimantan. Sebuah perjuangan yang luar biasa. Namun, kisah ini tentu melenceng dari  judul yang tertulis. Sebab da’i tersebut bukanlah seorang kader Hidayatullah, meski memiliki semangat perjuangan dan tujuan yang sama yakni meraih Ridho ilahi dalam menegakkan syari’at Islam. Dalam hal ini terlihat kurangnya konsisten yang ada pada penulis antara penulisan  judul dan isi yang terdapat dalam buku. Jika sekiranya penulis ingin menceritakan kisah-kisah perjuangan para da’i pada umumnya atau  kesuksesan dakwah para da’i yang berada di Kalimantan khususnya, Maka sebaiknya tidak mencantumkan judul dengan pengkhususan sebagaimana yang tertulis pada cover buku.
            Namun, sebanyak apapun kesalahan penulis dalam menyajikan sebuah tulisan tentu tidak akan mempengaruhi makna-makna positif yang ingin disampaikan oleh penulis. Oleh karenanya bagi para pembaca, khususnya generasi penerus Hidayatullah yang sedang menyiapkan mental dan fisik untuk terjun ke gelanggang perjuangan, buku ini tentu dapat menjadi referensi utama. Sebagai gambaran akan beratnya sebuah perjuangan  untuk menggapai syurga. Sehingga mulai sekarang dapat mempersiapkan segalanya, dan kelak jika menemukan sebuah cobaan tentu telah mengetahui apa yang harus dilakukan dan kepada siapa harus memohon pertolongan. Selamat Membaca!





4 komentar:

Syukron...Dah Baca...Add Your Comment Yaah...!!!!