Ketika Allah menyebutkan segala
keindahan dan kesenangan yang ada di syurga baik berupa makanan, pemandangan
yang indah, tempat tinggal, maupun pakaian, maka hal itu berlaku umum bagi pria
maupun wanita. Seluruhnya mendapatkan kenikmatan-kenikmatan tersebut.
Hanya saja Allah menyebutkan kenikmatan
bagi kaum pria dan memberikan iming-iming syurga bahwa di dalamnya ada hurul
‘iin (bidadari yang bermata jeli). Namun Allah tidak menyebutkan bagaimana
halnya dengan wanita. Tidak disebutkan secara spesifik, apakah wanita di syurga nanti akan mendapatkan bidadara atau tidak.
Dalil-dalil tidak menyebutkan secara spesifik tentang setampan apakah suami
mereka di syurga. Tidak sebagaimana
rincian tentang bidadari yang disediakan bagi kaum laki-laki yang masuk syurga.
Mungkin banyak di antara kaum wanita yang bertanya-tanya, mengapa demikian?
Pertama, sesungguhnya Allah
berkuasa untuk berbuat apapun yang Dia kehendaki. Tak ada satupun yang berhak
memintai pertanggungjawaban, apalagi menghakimi dan menghukumi apapun yang Dia
lakukan. Allah berfirman,
“Dia tidak ditanya
tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.”(QS.
al-Anbiya:23)
Maka terserah Allah, apa yang Dia
kehendaki dan Dia tetapkan. Namun, tidak ada salahnya kita mendulang faedah dan
hikmah dari nash-nash syar’i. karena segala yang Allah tetapkan atas hamba-Nya
pasti mengandung kemaslahatan. Allah sekali-kali tidak akan berbuat zhalim
kepada siapapun.
Kedua, di antara hikmah tidak
disebutkannya bidadara untuk wanita karena tabiat wanita memiliki rasa malu
yang tinggi. Sehingga Allah SWT. tidak memberikan iming-iming di syurga
(sebagaimana yang disebutkan khusus bagi laki-laki) karena bisa jadi mereka
akan merasa malu dengan perkara tersebut. Ambil saja contoh. Bagi kaum
laki-laki, tak ada reaksi mereka selain termotivasi ketika mendengar hadits Rasulullah Saw.,:
“Orang yang syahid, di sisi Allah
akan mendapatkan enam hal, diampuni dosanya ketika pertama kali darahnya
tertumpah, diperlihatkan tempat tinggalnya di syurga, dihindarkan dari siksa
kubur, aman dari kegoncangan yang maha dahsyat, dan akan dikenakan mahkota
kehormatan dari yaqut yang lebih mahal dari dunia dan seisinya, akan
dinikahkan dengan 72 istri dari bidadari yang bermata indah, dan diberi hak
memberikan syafaat untuk 70 kerabatnya.” (Hr. Tirmidzi, hadits hasan
shohih).
Tapi kiranya mengusik rasa malu kaum wanita jika disebutkan bahwa
wanita yang syahidah akan mendapatkan 72 bidadara, Wallahu ‘alam.
Ketiga, kerinduan seorang wanita terhadap para laki-laki
tidaklah sebagaimana rindunya kaum laki-laki terhadap seorang wanita. Sedangkan
Allah memberikan motivasi dengan sesuatu yang manusia tergoda olehnya di dunia.
Karena wanita adalaah godaan terberat bagi laki-laki, maka Allah memberikan
iming-iming berupa bidadari, agar mereka tidak terperdaya dengan fitnah wanita
di dunia. Rasulullah Saw. bersabda,
مَا
تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
“Aku tidak
tinggalkan fitnah sepeninggalanku yang lebih berat bagi kaum lkai-laki dari
fitnah wanita.” (HR.
al-Bukhari dan Muslim)
Dengan iming-iming itu, kaum
laki-laki akan berhati-hati terhadap fitnah wanita. Kalau tidak, ia akan
kehilangan kesempatan untuk ‘melamar’ bidadari syurga.
Tidak sebgaaimana halnya laki-laki,
godaan terbesar bagi wanita bukanlah laki-laki tampan, akan tetapi berupa
keindahan, perhiasan, pakaian, materi, ingin tampil canti dan mendapat
sanjungan. Hal ini sebagaimana penggambaran Allah SWT. dalam firman-Nya :
“Hai
Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu: "Jika kamu sekalian mengingini
kehidupan dunia dan perhiasannya, Maka Marilah supaya kuberikan kepadamu mut'ah
dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. dan jika kamu sekalian menghendaki
(keredhaan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, Maka
Sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala
yang besar.” (QS. al-Ahzab : 28-29)
Di antara mufassir (ahli tafsir)
menyebutkan bahwa ayat tersebut berkaitan dengan seorang istri Nabi yang
menuntut agar diberikan perhiasan dari emas. Namun ketika dihadapkan pada dua
opsi tersebut, para istri Nabi lebih memilih Allah dan rasul-Nya serta negeri
akhirat, sebagaimana pilihan ini pula yang mestinya diambil oleh kaum wanita
yang mau meneladani ummahat al-Mukminin raadhiyallahu ‘anhunna.
Ayat tersebut setidaknya menunjukkan
bahwa kegemaran sekaligus godaan terbesar bagi wanita di dunia adalah
perhiasan.
Itulah di antara hikmah, mengapa
nash-nash hanya menyebutkan bidadari untuk laki-laki, tanpa menyebutkan
bidadara untuk wanita. Wallahu ‘alam Bisshawab
*Sumber:
Abu Umar Abdillah, Wanita Syurga, Akankah Mendapat Bidadara?, Klaten:
Wafa Press, 2007.
FMI....^,^
BalasHapusSyukron atas penjelasannya..skrang ana jadi ngerti deh..so para jombloiss jgn kwatir deh ga' di dunia di akhirat dah ada yg nungguin dehh,...karlina kholis...
BalasHapus