!!!.....اَهْلاً وَ سَهْلاً

"Dan Janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu beriman. (Ali-'Imran:139)



Kamis, 18 April 2013

Mengapa harus Ikhlas?

Bismillah… 

Ternyata gak semua rasa bisa terlukis dan tertulis. Gak semua perkara memiliki alasan mengapa ia terjadi. Dan..gak semua impian bisa terbeli. Meski terus terlirih dalam do’a, meski telah terpatri dalam jiwa.

Saat semburat jingga mengintip di ujung senja
Menyingkap tahta kemegahan-Nya
Tentang harap yang tertuai
Tentang asa yang terkulai
Jika harus menghapus jejak yang tersisa
Harusnya rasa itu telah binasa
Namun, seakan enggan ia beranjak
Sebab terlalu lama ia telah berpijak
                        _23:30 Am, April 13’_

“Apa yang harus aku lakukan jika Allah tidak mengabulkan do’aku dan justru menakdirkan sesuatu di luar kesanggupanku?.” Tanya seorang murid kepada gurunya.

“Kamu tak harus berbuat apa-apa!” Jawab sang guru

“Mengapa? Salahkah jika aku terus menangis?.” Sela sang murid di tengah isak tangisnya

Sang guru tersenyum dan menghapus air mata sang murid. “Kamu tak perlu menangis dan tak perlu berbuat apa-apa, sebab Allah pasti mengabulkan do’amu dan tak akan memberikan sesuatu diluar batas kesanggupanmu.”

Ada seberkas binar yang memancar dari kedua bola mata sang murid.

“Jika demikian, maka aku tidak boleh berhenti berdo’a dan terus berharap kepada-Nya?.”

Sang guru mengangguk, “Hanya saja tak semua yang kita inginkan baik di mata Allah dan tak semua do’a akan terjawab sesuai dengan apa yang kita inginkan, Allah tahu saat yang tepat untuk menjawabnya dan Allah tahu apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan!.”

Perlahan sang murid mengusap sisa air mata yang kembali menggenang di pelupuk matanya. 

“Lantas apa yang harus aku lakukan dalam menanti jawaban do’aku dan meyakinkan diriku bahwa Allah akan menakdirkan yang terbaik untukku?.”

Perbaiki hubunganmu dengan-Nya dan belajarlah untuk ikhlas !” Pesan sang guru, bijak.

 “Ikhlas? Mengapa aku harus mengikhlaskannya?.” Intonasi sang murid terdengar enggan

“Begitu banyak hal-hal yang menimpa kita ternyata tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, tidak sesuai dengan Apa yang kita harapkan. Padahal, usaha dan ikhtiar pun telah kita maksimalkan, tapi apa daya hasil yang kita peroleh tidak sesuai dengan apa yang kita rencanakan. Boleh jadi kita akan kecewa, menyesali diri, atau bahkan lebih ekstrem lagi ada yang sampai berprasangka buruk atas ketentuan Allah pada kita, ungkapan-ungkapan kekecewaan, keluhan sering kali meluncur dari lisan-lisan kita, kita beranggapan bahwa Allah tidak Adil, Allah tidak menyayangi kita karena hasil yang dicapai tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Sedangkan yang lain, begitu mudahnya memperoleh apa yang mereka inginkan. Anakku, semoga kita semua terhindar dari sikap yang demikian. Sadarkah bahwa Allah lebih mengetahui skenario yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya. Skenario itu mungkin tidak akan bisa dijangkau oleh akal pikiran kita, kita baru tersadar ketika hari telah berganti, waktu telah berlalu, ternyata hal yang terjadi pada kita mengandung berbagai hikmah yang luar biasa, ternyata kita baru sadar bahwa itulah yang terbaik bagi kita. Anakku, kita memang punya rencana, Allah pun punya rencana untuk kita, rencana yang terbaik buat kita, walaupun mungkin kita menganggapnya itu adalah hal yang tidak kita sukai, tetapi sekali lagi, akal manusia, nalar kita sering dihadapkan akan keterbatasan-keterbatasan yang tidak mampu mengungkap hikmah dibalik itu semua. Kita harus senantiasa siap menghadapi takdir-Nya, menata hati untuk menerima hal-hal yang mungkin terjadi di luar perkiraan dan harapan kita. Tugas kita hanyalah menyempurnakan ikhtiar, berdoa, lalu bertawakal kepada Allah. Hasilnya kelak Allah lah yang menentukan. Yang harus kita yakini bahwa semua yang terjadi adalah ketentuan terbaik dari Allah sehingga apapun yang terjadi, hati kita senantiasa Ridha dan ikhlas serta lapang dada atas ketentuan Allah. Marilah berupaya dengan sungguh-sungguh agar kita senantiasa ridha dan ikhlas serta lapang dada atas segala ketentuan Allah kepada kita, sehingga kita terhindar dari prasangka-prasangka buruk terhadap Allah, tentu hal itu merupakan sebuah perbuatan dosa yang akan mengotori jiwa-jiwa kita.

Anakku, apapun yang terjadi semoga engkau senantiasa diberikan kemudahan oleh Allah untuk Ridha dan Ikhlas menerima ketentuan-Nya, karena Sesungguhnya Allah Lebih tahu yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya, Kuatkan Jiwamu menerima ketentuan-Nya”.

“Menata hati untuk ikhlas? Apa engkau yakin jiwaku mampu bertahan, guru? Sungguh, Bagiku Itu bukan sebuah perkara sederhana!.” Dengan retina yang berkabut Air mata, Sang murid menatap sang guru, mencoba mencari kekuatan di sana.

Sang guru mengangguk. “Berusahalah Anakku. Sebab, Allah tidak akan membebanimu jika engkau tak mampu dan Dia tahu yang terbaik untukmu. Kau tahu? Allah sedang menatap cemburu karena rasamu !”

                                                @My Zone,  07 Jumadil Akhir 1434 H