Ternyata gak semua rasa bisa terlukis dan tertulis. Gak
semua perkara memiliki alasan mengapa ia terjadi. Dan..gak semua impian bisa
terbeli. Meski terus terlirih dalam do’a, meski telah terpatri dalam jiwa.
Menyingkap
tahta kemegahan-Nya
Tentang
harap yang tertuai
Tentang
asa yang terkulai
Jika
harus menghapus jejak yang tersisa
Harusnya
rasa itu telah binasa
Namun,
seakan enggan ia beranjak
Sebab
terlalu lama ia telah berpijak
_23:30 Am, April 13’_
“Apa yang harus aku lakukan jika Allah tidak mengabulkan do’aku dan justru menakdirkan sesuatu di luar kesanggupanku?.” Tanya seorang murid kepada gurunya.
“Kamu tak harus berbuat
apa-apa!” Jawab sang guru
“Mengapa? Salahkah jika
aku terus menangis?.” Sela sang murid di tengah isak tangisnya
Sang guru tersenyum dan menghapus air mata sang murid. “Kamu tak perlu menangis dan tak perlu berbuat apa-apa, sebab Allah pasti mengabulkan do’amu dan tak akan memberikan sesuatu diluar batas kesanggupanmu.”
Ada seberkas binar yang memancar
dari kedua bola mata sang murid.
“Jika demikian, maka aku
tidak boleh berhenti berdo’a dan terus berharap kepada-Nya?.”
Sang guru mengangguk, “Hanya saja tak semua yang kita inginkan baik di mata Allah dan tak semua do’a akan terjawab sesuai dengan apa yang kita inginkan, Allah tahu saat yang tepat untuk menjawabnya dan Allah tahu apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan!.”
Perlahan sang murid
mengusap sisa air mata yang kembali menggenang di pelupuk matanya.
“Lantas apa
yang harus aku lakukan dalam menanti jawaban do’aku dan meyakinkan diriku bahwa
Allah akan menakdirkan yang terbaik untukku?.”
“Perbaiki
hubunganmu dengan-Nya dan belajarlah untuk ikhlas !” Pesan sang guru, bijak.
“Ikhlas? Mengapa aku harus mengikhlaskannya?.” Intonasi sang murid terdengar enggan
“Begitu
banyak hal-hal yang menimpa kita ternyata tidak sesuai dengan apa yang kita
inginkan, tidak sesuai dengan Apa yang kita harapkan. Padahal, usaha dan
ikhtiar pun telah kita maksimalkan, tapi apa daya hasil yang kita peroleh tidak
sesuai dengan apa yang kita rencanakan. Boleh jadi kita akan kecewa, menyesali
diri, atau bahkan lebih ekstrem lagi ada yang sampai berprasangka buruk atas
ketentuan Allah pada kita, ungkapan-ungkapan kekecewaan, keluhan sering kali
meluncur dari lisan-lisan kita, kita beranggapan bahwa Allah tidak Adil, Allah
tidak menyayangi kita karena hasil yang dicapai tidak sesuai dengan apa yang
kita inginkan. Sedangkan yang lain, begitu mudahnya memperoleh apa yang mereka
inginkan. Anakku, semoga kita semua terhindar dari sikap yang demikian.
Sadarkah bahwa Allah lebih mengetahui skenario yang terbaik bagi
hamba-hamba-Nya. Skenario itu mungkin tidak akan bisa dijangkau oleh akal
pikiran kita, kita baru tersadar ketika hari telah berganti, waktu telah
berlalu, ternyata hal yang terjadi pada kita mengandung berbagai hikmah yang
luar biasa, ternyata kita baru sadar bahwa itulah yang terbaik bagi kita.
Anakku, kita memang punya rencana, Allah pun punya rencana untuk kita, rencana
yang terbaik buat kita, walaupun mungkin kita menganggapnya itu adalah hal yang
tidak kita sukai, tetapi sekali lagi, akal manusia, nalar kita sering
dihadapkan akan keterbatasan-keterbatasan yang tidak mampu mengungkap hikmah
dibalik itu semua. Kita harus senantiasa siap menghadapi takdir-Nya, menata
hati untuk menerima hal-hal yang mungkin terjadi di luar perkiraan dan harapan
kita. Tugas kita hanyalah menyempurnakan ikhtiar, berdoa, lalu bertawakal kepada
Allah. Hasilnya kelak Allah lah yang menentukan. Yang harus kita yakini bahwa
semua yang terjadi adalah ketentuan terbaik dari Allah sehingga apapun yang
terjadi, hati kita senantiasa Ridha dan ikhlas serta lapang dada atas ketentuan
Allah. Marilah berupaya dengan sungguh-sungguh agar kita senantiasa ridha dan
ikhlas serta lapang dada atas segala ketentuan Allah kepada kita, sehingga kita
terhindar dari prasangka-prasangka buruk terhadap Allah, tentu hal itu
merupakan sebuah perbuatan dosa yang akan mengotori jiwa-jiwa kita.
Anakku,
apapun yang terjadi semoga engkau senantiasa diberikan kemudahan oleh Allah
untuk Ridha dan Ikhlas menerima ketentuan-Nya, karena Sesungguhnya Allah Lebih
tahu yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya, Kuatkan Jiwamu menerima ketentuan-Nya”.
“Menata
hati untuk ikhlas? Apa engkau yakin jiwaku mampu bertahan, guru? Sungguh,
Bagiku Itu bukan sebuah perkara sederhana!.” Dengan retina yang berkabut Air
mata, Sang murid menatap sang guru, mencoba mencari kekuatan di sana.
Sang
guru mengangguk. “Berusahalah Anakku. Sebab, Allah tidak akan membebanimu jika
engkau tak mampu dan Dia tahu yang terbaik untukmu. Kau tahu? Allah sedang
menatap cemburu karena rasamu !”
@My Zone,
07 Jumadil Akhir 1434 H